Jumat, 19 April 2013

Thariqah Mu'tabarah Nahdliyyah

Apa arti Tarekat atau Thariqah
Kata tarekat atau thariqah berasal dari bahasa Arab thariqah, jamaknya tharaiq, yang berarti: (1) jalan atau petunjuk jalan atau cara, (2) Metode, system (al-uslub), (3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab), (4) keadaan (al-halah), (5) tiang tempat berteduh, tongkat, payung (‘amud al-mizalah)..
Secara istilah, thariqah ada beberapa pengertian, antara lain :
Pertama, thariqah yang berarti jalan, merupakan salah satu metode untuk memdekatkan diri kepada Allah.
Kedua, menurut Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M), tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui tahapan-tahapan/maqamat.
Ketiga,menurut Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj thariqah berarti menjalankan ajaran Islam dengan hati-hati dan teliti dan melaksanakan fadlailul 'amal serta bersungguh-sungguh mengerjakan ibadah dan riyadlah. Meninggalkan perkara syubhat, yang remang-remang, yang tidak jelas hukumnya adalah contoh kehati-hatian tersebut. Contoh falailul 'amal adalah mengerjakan sholat tahajjud, shalat sunnah rawatib, dan lainnya. Sementara aktif berdzikir, istighfar, berpuasa pada hari Seni dan Kamis merupakan contoh riyadlah. .
Sejarah Munculnya Thariqah
Pada abad pertama hijriyah mulai ada perbincangan tentang teologi, dilanjutkan mulai ada formalisasi syari'ah. Abad kedua hijriyah mulai muncul tasawuf, golongan sufi yang mengamalkan amalan-amalan dengan tujuan kesucian jiwa untuk taqarraub kepada Allah. Para sufi kemudian membedakan pengertian syari'ah, thariqah, hakikat dan makrifat.Menurut merekan syari'at itu untuk untuk memperbaiki amalan-amalan lahir, Thariqah untuk memperbaiki amalan-amalan bati (hati), hakikat untuk mengamalkan segala rahasia yang ghaib, sedangkan makrifat adalah tujuan akhir, yaitu mengenal hakikat Allah baik zat, sifat maupun perbuatan-Nya. Orang yang sampai ke tingkat makrifat dinamakan wali. Kemampuan yang luar biasa yang dimilikinya disebut karamah atau supranatural, sehingga dapat terjadi pada dirinyahal-hal y6ang luar niasa yang tidak terjangkau oleh akal, baik di masa hidup maupun sesudah meninggal. Syeikh Abdul Qadir Jaelani (471-561 H/1078-1168 M.) menurut pandangan para sufi adalah wali tertinggi disebut quthub al-auliya (wali kutub)
Pada abad ke-5 hijriyah atau 13 Masehi barulah muncul thariqah sebagai kelanjutan kegiatan kaum sufi sebelumnya. Hal ini ditandai dengan setiap silsilah thariqah selalu dihubungkan dengan nama pendiri atau tokoh-tokoh sufi yang lahir pada abad itu.
Pandangan Ulama tentang Thariqah
KH M. Hasyim Asy'ari, sebelum mendirikan Nahdlatul Ulama, juga sangat kritis terhadap thariqah. Beliau berusaha meluruskannya dengan menyusun kitab berjudul Ad-Durar al-Muntasyirah fi Masail aT-Tis'a Asyarah. Isinya berupa bimbingan praktis agar umat Islam lebih berhati-hati memasuki thariqah. Dalam pandangan beliau, tidak semua thariqah berjalan sesuai tuntunan syariat. Namun yang jelas Hadratussyaikh tidak menentang thariqah
Untuk itu kemudian –agar ada tuntunan dalam ber-thariqah- Nahdlatul Ulama mendirikan Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah(Jatman). Walau baru berdiri tanggal 10 Oktober 1957, sepuluh tahun sesudah Hadratussyaikh wafat, tetapi itu tetap membawa semangat koreksi beliau.
Thariqah-thariqah Mu'tabarah Nadliyyah
Jumlah Thariqah-thariqah Mu'tabarah Nadliyyah -sebagaimana disebutkan dalam kitab Jaami'ul Ushuli al-Auliya halaman 187 – ada 44 thariqah, yaitu : (1) 'Umariyyah, (2) Naqsyabandiyyah, (3) Qadiriyyah, (4) Syadziliyyah, (5)Rifa'iyyah, (6) Ahmadiyyah, (7) Dasuqiyyah, (8) Akbariyyah, (9) Maulawiyyah, (10) Kubrawiyyah, (11)Sahrawardiyyah (12)Khalwatiyyah , (13) Jalwatiyyah, (14) Bakdasyiyyah, (15) Ghazaliyyah, (16)Rumiyah, (17) Sa'diyah (18) Gistiyyah, (19) Sya'baniyyah, (20) Kalsyaniyyah, (21) Hamzawiyyah, (22) Bairumiyyah, (23) Usysyaqiyyah (24) Bakriyyah (25) Idrusiyyah, (26) Utsmaniyyah, (27) Alawiyyah, (28) Abbasiyyah, (29) Zainiyyah, (30) Isawiyyah, (31) Buhuriyyah, (32) Haddadiyyah, (33) Ghaibiyyah, (34)Khadiriyyah, (35) Syathariyyah, (36) Bayumiyyah, (37) Malamiyyah, (38) Uwaisiyyah, (39) Idriyyah, (40) Akaabiral Auliyyah, (41) Matbuliyyahu, (42) Sunbuliyyah, (43) Tijaniyyah, (44) Samaniyyah. Dari ke 44 thariqah itu, hanya beberapa yang ada di Indonesia, yaitu Naqsyabandiyyah, Qadiriyyah dan Syathariyyah. Sebagian daerah ada thariqah Syadziliyyah, Tijaniyyah dan Samaniyyah. Adapun selain itu mungkin ada di Indonesia, namun tidak berkembang dan mungkin terdapat persamaan nama Thariqah Mu'tabarah 44 macam tersebut di atas, namun tidak tentu itu nama thariqah kita. Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah (Jatman).
Tujuan didirikannya Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah (Jatman) adalah : 1. Membimbing organisasi-organisasi thariqah yang dinilai belum mengajarkan amalan-amalan yang sesuai dengan al-Qur'an dan as-Sunnah. 2. Mengawasi organisasi-organisasi tahriqah agar tidak menyalahgunakan pengaruhnya untuk kepentingan yang tidak dibenarkan oleh ajaran agama Islam
Pada tanggal 14 Januari 2012 telah diselenggarakan Muktamar Jamiyyah Ahlith Tahriqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah di Pondok Pesantren Al-Munawariyyah Desa Sudimoro, Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang. Pada muktamar XI tersebut, dalam susunan Idaroh Aliyah (pimpinan pusat) untuk periode 2012-2016 terpilih sebagai Rois'Am adalah KH Habib Luthfi Ali bin Yahya.
Selain menetapkan pengurus, Muktamar XI juga menghasilkan beberapa keputusan penting, antara lain : 1. Dibentuknya muslimat dalam lingkungan thariqah yang disebut dengan Muslimat Thariqiyyah 2. Jatman juga mendeklarasikan lajnah baru bernama Matan, yaitu Mahasiswa Jam'iyyah Ahlith Thariqah an-Nahdliyyah 3. Jatman berperan besar sebagai pelopor berdirinya asosiasi thariqah seluruh dunia. 4. Jatman secara resmi merekomendasikan kepada PBNU agar semua pengurus NU dibaiat menjadi pengamal thariqah.
Sumber :
Majalah AULA. TAB'AH 02 / SNH XXXIV / Pebruari 2012
Said Aqil Siraj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, (Jakarta: yayasan Khas, 2009)
Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tharekat (Uraian tentang Mistik) , (Jakarta:Fa. HM Tawi &Son, 1966) Sri Mulyati (et.al), Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005)
KH.A. Aziz Masyhuri (ed.), Permasalahan Thariqah, (Surabaya:Khalista, 2006)
H Soelaiman Fadeli, Mohammad Subhan, S.Os, Antologi NU I, (Surabaya:Khalista, 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar